Saturday, July 22, 2017

Apa Itu Vertigo, Pencegahan Dan Cara Mengurangi Vertigo

Vertigo adalah gangguan yg terjadi karena keseimbangan tubuh terganggu antara lain karena kurangnya Oksigen (O2) ke otak atau adanya gangguan saraf antara Telinga dg kepala (otak)
Pemicu timbulnya Vertigo antara lain ;
1. Terlalu sering Begadang (kurang tidur malam)
2. Terlalu sering membersihkan telinga dengan Cutton Bat atau korek pembersih telinga
3. Bantal terlalu tinggi atau terlalu rendah
4. Hindari makan dan minum pemicu meningkatkan asam lambung ;
- Makanan berlemak tinggi,
- Daging,
- Kubis,
- Kopi,
- Coklat
- Minuman bersoda dll
5. Kurangi main Gadget, Laptop, komputer lebih dari 1 jam, sesekali arahkan pandangan ke obyek lain
6. Lakukan refreshing 1x1 Minggu ke pantai atau pegunungan
7. Kadar gula darah dibawah 70 akan mudah memicu vertigo kambuh

Cara sederhana dan Jitu untuk cepat mengurangi pusing karena Vertigo ;
1. Tidur dan pejamkan mata
2. Kepala jangan bergerak
3. Pijat daun telinga kiri - kanan sampai rasa sakit hilang
4. Tarik daun telinga secara hoprizontal, ulangi beberapa kali sampai rasa sakit hilang
5. Tarik nafas dalam2 dan keluarkan pelan2 lakukan beberapa kali
6. Pijatan di telinga bs dilakukan berulang sampai rasa sakit hilang sama sekali
7. Semua gerakan ini dapat mencegah dan mendeteksi dini gejala Vertigo
8. Perbaiki pola hidup dan istirahat yang cukup
9. Disarankan tidur malam sebelum Jam. 22.00

Menu alami untuk menurunkan gejala Vertigo tanpa efek samping
- Buah Nanas
- Bayam
- Krokot
- Bawang Putih.
- Paprika
- Jahe.
- Ikan Air Tawar
- Putih telur
- Mengkudu
- Pisang
- Aneka buah Citrus ( Jeruk Lemon, jeruk nipis, Anggur dll )
- Alpukat
- Selai kacang dll

Insha Allah, Vertigo akan turun lebih cepat
Jangan lupa kemana2 bawa obat vertigo atau Antimo maupun permen manis untuk mengatasi keadaan darurat Vertigo

Cara cepat mengatasi Vertigo
* Makan buah nanas 2 x 1/4 bagian, pagi dan sore, saat perut kosong
Dimakan bersama hatinya (bagian tengah)
* Hati2 utk kaum wanita..., disinyalir nanas bisa memicu keputihan
Coba makan sedikit demi sedikit sambil ditunggu reaksinya
* Nanas bisa mengatasi sakit Maag Kronis
Bener enggak ya....
Siapa tahu berjodoh....

Terapi Senam Vertigo
* Berdiri tegak, buka mata dan kemudian tutup. Lakukan 5 kali.
* Gerakan kepala berputar. Pasang dagu ke dada, putar kepala ke kiri, dan mengubah ke arah kanan, lakukan 3 kali.
* Gerakan wajah menghadap ke atas, lalu turun dengan perlahan-lahan sampai menghadap ke bawah.
Kemudian naik lagi menghadap ke atas perlahan-lahan dan lakukan 3 kali.
Melatih gerakan kepala miring, yaitu dengan mencoba untuk tetap telinga bagian kiri ke bahu kiri.
Tahan sampai 15 detik, kemudian lakukan pada telinga sebaliknya.
Ulangi setiap bagian telinga masing 3 kali.
* Duduk dengan posisi punggung lurus dan mata terbuka. Lalu berdiri.
Pada saat berdiri, tutup mata dan Ulangi 3 kali.
Melatih gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri secara horizontal dengan mata terbuka.
Ulangi pada setiap arah masing-masing 3 kali.
* Kemudian lanjutkan dengan menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah secara vertikal.
Ulangi pada setiap arah masing-masing 3 kali.
* Lakukan praktek otot mata dengan mengikuti kemana arah objek yang bergerak,
fokuskan mata pada obyek stasioner.

Semoga bermanfaat selamat mencoba
Selamat Mencoba & Silahkan Share Gratis

Thursday, April 27, 2017

Mengenal Kaum Miskin Urban: Anak-Anak Muda yang Kere, Kelaparan, tapi Eksis.

Ditulis oleh Marli Haza Pada 27 June 2016

(Catatan Editor: Ini adalah terjemahan artikel “The Urban Poor You Haven’t Noticed: Millennials Who’re Broke, Hungry, But On Trend” yang ditulis Gayatri Jayaraman di laman Buzzfeed tanggal 5 Mei 2016. Artikel asli tulisan ini bersituasi di negara India. Nama tempat, mata uang, dan aspek lainnya menyesuaikan yang sebenarnya di India).

Mengenal Kaum Miskin Urban: Anak-Anak Muda yang Kere, Kelaparan, tapi Eksis.

Anak-anak muda meyakini bahwa untuk menghasilkan banyak uang, kita harus menghabiskan banyak uang

Saya mulai menyadari hal ini sejak terkejut menyaksikan seorang pemenang kontes kecantikan level nasional tampil di klub malam remang-remang di Santacruz West. Kata teman yang mengajak saya ke situ, wanita itu mulai bekerja di sana waktu dia menunggu lowongan jadi artis Bollywood. Untuk dapat peran, dia harus sering terlihat melenggang di karpet merah dan pesta-pesta, makanya dia butuh beli sepatu hak tinggi dan gaun. Pertunjukan demi pertunjukan di klub itu memberikannya banyak uang. Jadilah klub itu sumber penghasilan utamanya.

Saya kenal seorang manajer pemasaran, masih muda, yang nekat kredit mobil waktu dapat gaji pertamanya tapi sekarang tidurnya di mobil. Gajinya habis untuk bayar kontrakan rumah dan cicilan mobil, tak tersisa untuk makan. Dia parkir di suatu tempat, tapi untungnya Mumbai masih tergolong kota yang aman.

Ada juga teman wartawan junior. Selama beberapa saat, dia jarang masuk kerja. Makin kelihatan kurus pula. Dia bilang itu karena dia jogging setiap sore. Tapi saat dia jarang muncul waktu makan siang, atau menyeruput kopi sepanjang hari, saya baru sadar. (Saya ngeh kalau ada yang janggal karena saya dulu pernah begitu juga.)

Saya whatsapp dia. Itu satu-satunya cara mengobrol empat mata tanpa ketahuan orang lain.

“Kamu punya uang untuk makan siang, gak?”

Ternyata dia memang lagi bokek.

Dia bilang kalau lagi punya uang, dia sabar-sabar menahan lapar biar bisa mampir ke Le Pain Quotidien* untuk beli sandwich sisa harian yang didiskon jadi 200 rupee atau sekitar Rp40 ribu kalau malam.

Padahal dengan uang segitu, dia bisa beli makanan di kantin. Tapi menurutnya, makan tidak lebih penting dibanding eksis untuk makan roti di Le Pain Quotidien.

Inilah kaum miskin urban, gejala yang lagi melanda sebagian besar orang India. Mereka sebenarnya sama sekali tidak “miskin”. Tapi mereka lapar dan bokek. Inilah wujud masyarakat metropolitan umur dua-puluhan yang terlalu memedulikan tekanan sosial di sekelilingnya dan menghabiskan hampir seluruh gajinya demi gaya hidup dan penampilan yang mereka yakini berpengaruh pada pekerjaan mereka.

Beban gaya hidup ini tidak bisa dicoret dari daftar pengeluaran mereka: baju-baju dan perawatan tubuh, kongkow dan makan malam di tempat mewah, biaya transport naik Ola** atau Uber karena harus kerja sampai jam satu pagi, dan tagihan kopi Starbucks yang harus dibeli buat ketemu klien. Tidak lupa, sepatu hak tinggi dan gaun.

Kalau saldo rekening sudah sekarat di tanggal 20-an, mereka berpikir balasannya tidak mungkin saat itu juga, tetapi nanti: waktu gaji naik, waktu dapat promosi jabatan, atau syukur-syukur orang tua lagi baik mau transfer uang.

Pengaruh mereka luas. Inspirasi mereka datangnya dari kisah para pengusaha muda yang pinjam uang dari perusahaan modal untuk membangun bisnis, yang katanya berhasil memutar setiap perak uang menjadi seratus kali lipat. Tapi kisah yang mereka dengar adalah tentang Mukesh Ambani, yang diwarisi perusahaan besar kemudian bisa membangun istana megah, bukannya tentang Dhirubhai, yang tinggal di rumah kecil dan membangun perusahaan besar. Kisah yang mereka dengar adalah tentang Katrina Kaif yang menghabiskan 50 ribu rupee atau sekitar Rp100 juta rupiah untuk mengecat rambutnya. Itulah sebabnya mereka meyakini bahwa untuk menghasilkan banyak uang, kita harus menghabiskan uang yang banyak pula.

Demi bisa kuliah di kampus yang bagus, kita rela keluar uang banyak untuk bayar semesterannya. Demi dapat pekerjaan, kita habiskan tabungan untuk sekolah sampai S3 kalau perlu. Demi promosi jabatan, kita beli jas dan minuman jamuan.

Kita berpenampilan demi pekerjaan yang diimpikan, tetapi lupa bahwa sebagian besar gaji kita yang terpangkas untuk itu seharusnya digunakan untuk berpenampilan sesuai pekerjaan yang sekarang.

Setiap koran dan media memasang tajuk utama tentang apa yang perlu kita makan, tampilkan, dan pakai untuk jadi sukses. Ke mana kita harus liburan, apa parfum yang kita pakai, mobil apa yang harus kita kendarai. Tapi mereka tidak mengajarkan kita cara membayarnya.

Apa yang tersisa di diri kita adalah segerombolan anak umur dua-puluhan yang berusaha lari meninggalkan identitas pengonsumsi nasi kucing dan es teh manis, demi disangka pengonsumsi burger dan kola. Dari situ kemudian lari lagi demi dikira penggemar keju dan champagne.

Waktu saya mulai tinggal mandiri, sekitar 15 tahun lalu, gaji saya cuma 10.000 rupee. Untuk kontrak rumah habis 4.000 rupee, penitipan anak 4.000 rupee, dan 2.000 rupee sisanya untuk ongkos dan listrik. Untuk belanja kebutuhan sehari-hari, saya pakai kartu kredit. Saya masih umur 25 tahun, anak saya satu tahun, dan kadang kami beli es krim, nonton bioskop, atau menikmati hiburan juga pakai kartu kredit. Ketika pindah kerja dengan gaji yang lebih tinggi, kartu kredit saya mencapai limitnya dan harus segera dibayar. Selisih kenaikan gaji itu saya gunakan untuk melunasi, karena saya sudah memakai uang yang malah belum saya terima.

Cepat saya pahami, bersama kenaikan gaji, biaya kebutuhan juga semakin tinggi. Selama menjalani pekerjaan saya yang pertama, rasanya punya satu jins dengan tiga atasan yang dipakai bergantian tiap hari juga sudah cukup. Jabatan yang semakin meningkat membuat saya perlu pakaian yang lebih bagus. Saya diharuskan tampil “berwibawa”. Makan siang di sini, senang-senang di situ, lalu rapat di kedai kopi mewah.

Saya berusaha keras menentang lingkungan yang bersekongkol menjerat profesional muda ke jurang kebangkrutan. Saya selalu menghitung dalam hati sebelum memutuskan beli sesuatu. Terkadang saya hanya beli satu botol bir dan meminumnya sedikit-sedikit.

Sekarang, di mana pun, saya bisa menebak mana orang-orang yang di ambang kebangkrutan: vegetarian yang tidak makan salad pembuka, orang yang cuma minum air putih, atau junior yang mengaku sudah makan untuk menolak tawaran makan malam. Dan ketika, setelah makan bareng, orang yang bersama mereka dengan santainya mengajak untuk patungan, kelihatan mereka inilah yang pura-pura menunduk.

Saya juga pernah seperti itu. Kita tidak bisa menolak ajakan seperti itu karena nanti kita terkesan pelit. Jadi, terlepas dari apakah kita mampu membayar makanan yang memang kita pesan untuk kita sendiri, mau tidak mau kita juga harus ikut bayar makanan yang dipesan teman kita.

Kemudian, recehan logam terasa sangat berharga. Kita mencari-cari recehan yang menyelip di pojok sofa. Kita menunggu kantor sepi lalu naik bus pulang ke rumah.

Sekarang, saya kadang sengaja berpapasan dengan teman kantor yang masih junior dan bertanya, “Udah makan belum? Saya traktir kopi, yuk? Nanti pulangnya mau bareng, nggak?” Terkadang, mereka gengsi dan menolak tawaran itu. Terkadang juga, gengsi mereka runtuh dan mereka mengangguk.

Orang tua mereka, generasi yang jarang berdiskusi soal uang, mengajari mereka bahwa tidak ada harga yang terlalu mahal untuk kebahagiaan diri sendiri. Kalau orang tua mereka menelepon dan menawarkan diri mentransfer mereka uang, mereka bilang tak perlu, semuanya masih bisa diatur. “Iya, Pah, makannya dijaga kok, di kantor baik-baik saja.” Dibesarkan oleh orang tua yang mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan mereka, anak-anak ini sebenarnya diam-diam belajar hidup prihatin.

Orang yang bisa melewati masa sulit selalu dilabeli “tangguh”, padahal “tangguh” berarti perut lapar dan isak tangis yang tertahan. Terkadang, saya merasa saya sudah melalui masa-masa itu.

Baru-baru ini, saya sedang mewawancarai seorang pelamar yang memotong pertanyaan saya hanya untuk bilang, “Sis, supir saya HP-nya lebih bagus dari punyamu,” sambil tertawa. “Beli iPhone, kek!”

Penampilan saya sudah mentereng. Saya punya rumah. Tabungan juga lebih dari cukup. Tapi bahan ledekan kok tidak juga berubah selama 10 tahun.

Bulan lalu, saya mulai nge-twit kaum miskin urban ini, dan banyak yang merespon, “saya juga”.

Satu orang mengaku bahwa selama tiga tahun di Jerman, dia cuma makan tomat, menghemat uang agar bisa beli coklat untuk keluarganya ketika pulang kampung. Ada yang bilang, “Semuanya baik-baik saja kok!” lewat telepon jarak-jauh ke kampung halaman hanya agar ibunya berpikir pengorbanan ibunya menjual gelang untuk ongkosnya mengembara tidak sia-sia.

Ada yang tidur di kasur single dan menyimpan sepatu kets di kolong meja kerja untuk dipakai jalan kaki sepanjang 8 km saat pulang kantor setiap malam.

Saya juga pernah dengar cerita soal anak-anak bagian pemasaran yang kelaparan setiap hari hanya untuk ngopi di hotel bintang lima.

Ada juga seorang ayah yang tidak pernah liburan selama 13 tahun hanya agar bisa membiayai pendidikan anaknya di luar negeri.

Ada yang pernah bertahan seharian hanya minum air dan menumpang di truk untuk berangkat ke kampus.

Ada yang dijuluki pelit karena tidak pernah makan di luar.

Di negara yang wabah kelaparan nyata terjadi di mana-mana, “kelaparan” yang semacam ini datangnya dari pilihan gaya hidup. Entah bagaimana, kita telah membangun budaya yang menempatkan penampilan sebagai nilai utama, hingga kita rela menghabiskan banyak uang untuk kelihatan kenyang ketimbang menyisihkan sedikit uang untuk benar-benar makan.

 “Kelaparan” ini menyentuh setiap orang dengan cara yang berbeda-beda—bisa sementara atau selamanya, bisa ringan atau parah, bisa sekali atau berkali-kali. Tapi sekali kita menyadari hal itu di sekeliling kita, sulit sekali untuk mengabaikannya. Kita jadi anggota suatu kaum yang mengerti kenapa rekan kerja kita tumben-tumbennya bawa bekal makan, kelihatan kurusan, dan menghabiskan waktu sampai malam di kantor agar tidak perlu bayar jemputan. Kalau dahulu, walau sebentar, kita pernah merasakan “kelaparan” seperti itu, kita akan sadar bahwa ternyata semua orang pun begitu.

____

Catatan Kaki:

*) restoran roti mewah dari Brussel yang kini telah terwaralaba secara internasional
**) layanan transportasi daring yang populer di India

Thursday, January 12, 2017

Kenaikan BBM Pada Januari 2017

Kemarin pada tanggal 5 Januari 2017 terdapat kabar bahwa harga BBM non-subsidi naik, adapun BBM yang naik adalah:
  1. Pertamax
  2. Pertamax Turbo
  3. Pertamax Plus
  4. Pertalite
  5. Pertamina Dex
  6. Dexlite
  7. Solar Keekonomian
Adapun harga yang ditetapkan bisa dilihat melalui gambar berikut:

Kenaikan UMR Tahun 2017

Sekarang sudah masuktahun 2017 dan inilah daftar UMR terbaru tahun 2017

Tuesday, December 6, 2016

Investasi Bunga Tinggi, Lebih Tinggi Dari Deposito, Mulai 100 ribu

Halo gans, saya mau share tentang investasi yang saat ini sedang saya jalani, saya sedang mengikuti investasi yang konsepnya adalah ada suatu wadah yang menghimpun orang-orang yang membutuhkan modal (entah untuk pendidikan, bisnis ataupun kesehatan) dengan orang-orang yang ingin menginvestasikan uangnya. Pada titik ini, saya berperan sebagai orang yang ingin menginvestasikan uang saya. Caranya sangat mudah sebagai investor, saya tinggal transfer uang saya ke mereka sejumlah Rp. xxx, lalu saya melakukan konfirmasi pembayaran dan menunggu uang saya masuk ke halaman website. Lalu setelah uang saya masuk ke halaman website, masuk ke menu "Telusuri" dan disana ada banyak daftar orang-orang yang sedang membutuhkan bantuan keuangan. Cara pembayaran peminjam adalah berupa cicilan, yang berarti setiap bulan mereka harus membayar hutang pokok ditambah dengan bunga, jadi dengan begini uang anda akan cepat kembali.

Tertarik? Begini cara mendaftarnya:

Monday, December 5, 2016

5 Desember 2016

Hai gans, heheheh dah lama ga nulis blog ini lagi, banyak update yg mesti tak taruh di sini, aku kasih summary nya yah:
  1. Umur pernikahan ku sudah 1 taun lebih, wow tak terasa
  2. Sudah beli rumah di desaku, dengan metode pembayaran cicilan ke mertua (ngutang ke mertua huehehehe)
  3. Saat ini lagi project bikin website property (sebelumnya website e commerce)
  4. Ada yang mau bikin software di aku di kota asalku, tapi masih belom tau kapan bisa ketemuan
  5. Nanti taun depan (mei 2017) mau pergi ke aussie
  6. Bulan oktober kemaren bener2 hectic, kerja 18 jam sehari tiap hari, ada 2 deadline
  7. Kakakku mau tunangan
Nanti kalau sempet aku kasih detail2nya hehehe

Thursday, September 15, 2016

Tidak Mudah Menjadi Pria

Very touching, dengan profesi yg sama denganku.

===========================

Hampir sebulan ini, suami saya sibuk sekali. Biasanya kalau pulang kerja, dia pasti berburu game. Kalau weekend atau tanggal merah, juga pasti main game. Nah hampir sebulan ini gamenya membeku, tidak disentuh. 🤔

Suami saya seorang programmer, spesialis di bidang mobile aplikasi. Tapi dia sering rendah hati menyebut dirinya sebagai tukang ketik. Tidak seperti istrinya yang agent asuransi namun sering tinggi hati menyebut dirinya sebagai malaikat tanpa sayap, bahahahahaha... 😂

Dari dulu sampai sekarang, saya tidak pernah paham tentang pekerjaannya. Jika kupandang laptopnya, rasanya semua yang terpampang di layar sama semua. Berisi kode-kode ala programmer. Terlalu teknikal sekali buat saya yang terbiasa bekerja di dunia marketing. Maka dari itu saya bisa minta pendapatnya jika terkait pekerjaan saya, sedangkan dia tidak bisa minta pendapat saya jika terkait pekerjaannya. 😅

Hari ini libur nasional Idul Adha dan suami saya kembali berkutat dengan kode-kode di laptopnya. Saya menyetrika pakaian sambil sesekali melihat padanya yang begitu serius di depan laptop. Saya jadi berfikir bahwa suami saya ini hampir tidak pernah mengeluh sesibuk apapun beban pekerjaan yang dia tangani. Beda sekali dengan saya yang gemar berceloteh.😁

Saya jadi ingat beberapa hari yang lalu saya posting foto setrikaan yang menggunung dan ngedumel soal itu. Suami saya memang jarang sekali membantu pekerjaan rumah tangga, tapi saya bersyukur bahwa dia hampir tidak pernah menegur bahkan marah jika rumah dalam keadaan kotor atau berantakan. Mungkin dia tidak ingin membuat saya bertambah pusing. Hal simple seperti itu sudah cukup membuat hati saya nyaman.😌

Saya tahu banyak sekali wanita yang sering menganggap dirinya menanggung beban berat dalam hidup entah itu ibu rumah tangga atau wanita menikah yang juga berkarir. Sesekali saya juga merasakan hal yang sama. Rasanya ingin teriak "Heiiii...tidak mudah menjadi wanita!" 🙅🏻

Tapi saya sadar menjadi pria pun tidak mudah. Sebagai kepala keluarga mereka memikul beban tanggungjawab financial yang semakin hari semakin berat. Dunia kerja begitu kompleks. Persaingan semakin ketat. Mereka perlu memutar otak dan bekerja sangat giat untuk dapat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga tercinta. 👨‍👩‍👧‍👦

Saya punya beberapa kenalan teman pria yang terpaksa harus bekerja di luar kota bahkan di luar negeri demi istri dan si buah hati. Saya yakin mereka sebenarnya merasakan kesedihan tidak dapat berkumpul setiap waktu dengan keluarga. Apalagi jika hari ulang tahun atau hari raya tidak dapat pulang. Merindukan masakan istri, merindukan tangis dan tawa si kecil, juga merindukan suasana di negeri sendiri. Kalau boleh mengeluh, saya yakin mereka juga ingin sekali melakukannya. 😫

Tidak dapat dipungkiri bahwa wanita kerap rempong dengan hal remeh temeh. Suami lembur atau telat pulang, diinterogasi! Suami terima telp dari partner atau client perempuan, dicurigai! Suami sibuk kerja dan tidak bisa ajak liburan di long weekend, dingambeki! Suami lelah dan tidak bisa bantu pekerjaan rumah, dimarahi! Dsb...dsb...dsb...😒

Dengan memahami bahwa menjadi pria ternyata juga tidak mudah, saya sangat berusaha untuk tidak membuat suami saya bertambah pusing dengan hal-hal sepele. Kalau saya tidak bisa membantu meringankan pekerjaannya, maka saya berusaha untuk tidak mempersulitnya. Sesekali saya juga menghiburnya dengan jokes. Senang dapat melihatnya tiba-tiba tersenyum ketika dahinya berkerut di depan laptop. 😊

No, I am not a perfect wife and i don't want to be perfect. I just want to be my self then I will be happy. I was learning, I am learning and I will learn to be a better woman. 🙋🏻

Cheers
Cici Shelly
Sharing is Good



Sumber